MEMBUNUH DI DALAM KEGELAPAN

apa kabar kawan..
ku doakan selalu baik-baik saja
okey silakan duduk manis
mari kita lanjut...

para kolonialis dan impirialis negara ini berfikir mereka bisa membunuh kebenaran tetapi ada sebuah pepatah mengatakan "kebenar bisa kau kalahkan namun tidak bisa kau tipu untuk selamanya"
kita simak berita selanjutnya jangan alihkan pikiran dan beranjak meninggalkan laman ini.

Jaman dahulu, pada saat emas dan perak menjadi alat tukar-menukar barang dan alat pengukur nilai barang dan jasa, banyak orang Yahudi yang menjadi penjual jasa penyimpanan emas yang lebih terkenal dengan istilah goldsmith (gold adalah emas, dan smith adalah semit atau Yahudi).
Gambar golsmith sedang melakuakan pekerjaan sebagai seorang banker pada zaman itu.

Untuk setiap emas yang disimpan, goldsmith mengeluarkan secarik kertas (sertifikat) berisi keterangan tentang kepemilikan emas sejumlah tertentu pada goldsmith. Setiap saat bila pemilik emas ingin mengambil simpanannya, ia tinggal menunjukkan sertifikat tersebut.

Seiring berjalannya waktu, semakin tingginya tingkat kepercayaan masyarakat pada goldsmith dan juga karena sifat sertifikat yang likuid (mudah ditukarkan dengan emas kapan saja), masyarakat mulai menerima sertifikat tersebut sebagai alat tukar-menukar barang dan jasa. Pada saat inilah sertifikat tersebut menjadi uang kertas dan merupakan uang kertas pertama di dunia.

Seiring berjalannya waktu, semakin banyak emas yang disimpan di brankasnya, goldsmith melihat bahwa sebagian besar emas tersebut teronggok begitu saja di brankas untuk jangka waktu yang lama, karena kebutuhan likuiditas sudah terpenuhi dengan uang kertas. Ia mulai berfikir: bagaimana kalau sebagian daripada emas itu dipinjamkan ke orang yang membutuhkan (debitor) untuk dikembalikan setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bunga?

Kemudian goldsmith mulai menjadi rentenir dengan meminjamkan sebagian emas milik nasabahnya kepada debitor yang membutuhkan. Setelah waktu yang ditentukan emas yang dipinjam debitor dikembalikan dan goldsmith mendapat keuntungan berupa bunga. Semakin sering dan semakin banyak goldsmith memberikan pinjaman, semakin besar pula keuntungan yang didapatnya.

Selanjutnya goldsmith mendapatkan ide lain.
Mengapa harus memberikan pinjaman berupa emas? Bukankah uang kertas yang dikeluarkannya telah diterima sebagai alat tukar-menukar dan jual beli? Maka kemudian untuk setiap pinjaman yang ia berikan, ia hanya cukup mengeluarkan uang kertas. Dan setelah jangka waktu tertentu, debitor mengembalikan hutangnya berupa emas kepada goldsmith plus bunganya. Pada saat ini goldsmith melihat keajaiban yang menjadi nyata. Hanya dengan selembar kertas, ia mendapatkan sebongkah emas.

Saat itu sebenarnya goldsmith telah melakukan penipuan. Orang menyangka emas yang dijaminkan benar-benar milik goldsmith sendiri, padahal sebenarnya milik nasabah yang menitipkan emas. Selain penipuan ia juga melakukan pemerasan dengan membebankan bunga atas pinjaman yang ia berikan. (inilah cikal bakal prinsip perbankan)

Perhatian..!
Coba kita hubungkan dengan situasi saat ini di negara indonesia dengan kekayaan alam yang katanya melimpah ruah maksutnya indonesia bagian mana...? kalo bukan papua atau sering kali di sebut juga dapur dunia ini. Bagaiamana jadinya jika papua benar benar mereka apa di jawa sana ada emasnya ..? atau mengeluarkan secarik kertas (sertifikat) berisi keterangan tentang kepemilikan emas sejumlah tertentu pada goldsmith hehehe.hehehe... Mari kita bertanya pada rumput yang berguyang

Mari kita lihat coretan dari seorang aktifi ia bawa ini
Setiap serangan pada Freeport yang tidak berbicara hak menentukan nasib sendiri akan menaikan posisi tawar Pemerintah dan elit politik Indonesia terhadap Freeport.

Bahkan sembari mengangkat isu hak menentukan nasib sendiri pun elit nasional yang oportunis itu sanggup "mencuri" atau mengambil keuntungan.

Namun program "hak menentukan nasib sendiri" akan meluruskan tujuan perjuangan rakyat Papua sekaligus menyadarkan rakyat Indonesia yang mengadopsi watak politik kolonial.

Paska Abepura Berdarah 2006 lalu yang mengakibatkan pengejaran terhadap aktivis-aktivis Front PEPERA PB ada elit-elit nasional yang dapat "remah-remah roti". Hingga anggaran keamanan digelontorkan dari perusahaan multinasional ini meningkat.

Dan setiap tekanan pada pemerintah untuk membela Freeport, seperti yang dilakukan Gerakan Peduli Freeport, membantu meningkatkan posisi tawar Freeport.

Demikian pula yang dilakukan oleh elit-elit politik nasional ada yang membela kepentingan Freeport (Prabowo, misalnya). Ada pula yang membela posisi Pemerintah. Lalu mengilusi dengan jargon-jargon nasionalisme.

Polarisasi tersebut menunjukan bahwa pembelahan ditingkat elit nasional sejak Pemilu 2014 hingga sekarang masih berlanjut.

Berpikir untuk mendorong Nasionalisasi Freeport adalah sia-sia dan bias watak kolonial. Mengapa? Pertama, karena tak satu pun faksi elit nasional yang akan sungguh akan menasionalisasi Freeport mengingat konsekuensinya secara politik dan ekonomi. Kedua, Nasionalisasi mensyaratkan partisipasi politik rakyat. Namun partisipasi tersebut sudah ditumpulkan sejak lama. Ketiga, secara historis keberadaan Freeport dan NKRI di West Papua adalah ilegal. WEST PAPUA merupakan korban Imperialisme dan Kolonialisme.

Di Teruskan Dari Status Surya Anta, Postingan 2 Maret 2017
Tulisan ini saya buat bukan semata mata untuk mengacaukan situasi
ini hanyalah bahan refleksi dan bentuk kekecewaanku kareana kau merampas, memperkosa dan membunuhku seenaknya
tatkala jiwa para pendahuluKu yang berbaring di tanah di sana, bagaikan binatang yang tak punya harga diri, kau pikir semen dan aspal buat kau bangun jalan-jalan itu setara dengan nyawa mereka atau emas dan sumber SDA lainya di papua itu setara dengan semua bentuk omongan manismu itu.
wahai pembunuh dalam kegelapan, semoga kau kenyang dan berbaring selamanya di neraka
semoga bermanfaat
salam

Comments

Popular Posts